Lensa Maluku, – Saat ini pemerintah indonesia berupaya untuk mendorong transisi energi bersih dan mencapai kemandirian energi nasional. Skala ketergantungan indonesia pada BBM mencapai tingkat mengkhawatirkan, data menunjukkan konsumsi BBM harian mencapai sekitar 1,6 juta barel perhari.
Sementara produksi dalam negeri (lifting) hanya menyediakan 600.000 barel, sehingga menciptakan kesenjangan defisit impor setiap harinya. Kesenjangan yang mencapai satu juta barel setiap harinya ini harus ditutup dengan impor, sebuah kebijakan yang menggerogoti anggaran negara dan melemahkan fondasi ekonomi nasional.
Dalam situasi seperti ini, pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) seperti bioetanol bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan strategis. Keberhasilan program Biodiesel B35 bukti nyata telah menghemat devisa miliaran dolar dalam menyubstitusi impor solar, hal ini harusnya menjadi inspirasi dan pijakan untuk mendorong inovasi serupa pada sektor BBM.
Namun, melihat perkembangan dinamika energi nasional saat ini, sikap beberapa SPBU swasta yang menolak paskoan bahan bakar minyak (BBM) dengan kandungan bioetanol menimbulkan polemik. Vivo energy dan BP-AKR dilaporkan enggan menerima pasokan BBM dengan kandungan campuran etanol sebesar 3,5% dinilai kontradiktif mengingat kandungan tersebut masih jauh lebih rendah dari standart yang telah digunakan dan terbukti aman di pasar global.
“diberbagai negara maju dan berkembang, penggunaan bioetanol sebagai campuran bbm bukanlah hal yang baru dan telah diterapkan dalam persentase yang lebih tinggi. Amerika serikat dan india bahkan sudah mencapai level E20 (campuran etanol 20%)” ujar fahrozi selaku presiden DEM Sumut.
bahkan buku panduan resmi dari berbagai mobil terlaris diindonesia seperti toyota avanza dan mitsubishi x pander secara eksplisit menyatakan bahwa kendaraan mereka aman menggunakan BBM dengan campuran etanol hinggal 10%
manfaat bioetanol sebagai energi terbarukan secara signifikan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. pembakaran BBM dengan etanol jauh lebih bersih dan dapat menekan emisi gas beracun seperti karbon monoksida (Co) dan hidrokarbon (Hc) penggunaan etanol diyakini dapat menggantikan zat aditif sensitif seperti MBTE (Metil tersier butil eter).
disisi lain program biodisel (B35) menjadi bukti nyata bahwa model ini efektif karena terbukti mampu mensubstitusi impor solar secara signifikan dan menghemat devisa negara hingga miliaran dolar. pemanfaatan bioetanol adalah langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan indonesia pada impor bbm fosil, kedepan penggunaan etanol dapat mendukung kedaulatan energi dan mencapai targer NZE 2060.
“Perlu adanya kesadaran masyarakat dalam regulasi yang ditetapkan pemerintah, tidak semata harus selalu direspon dengan hal negatif, perlu dipelajari kembali apalagi berdampak pada komitmen iklim dalam perjanjian paris target NZE 2060, sehingga dekarbonisasi terkhusus dalam sektor transportasi harus segera dilakukan” Tutup ulfa selaku Menteri PSDM DEM Sumut.(BI-06)


































Discussion about this post